A.
Judul Penelitian
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT (Numbered Heads Together)
terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin
pada Materi Zat Aditif dan Zat Adiktif.
B.
Latar Belakang
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
disekolah-sekolah diharapkan dapat menjadi
suatu wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan metode
ilmiah. Oleh karena itu, dalam implementasinya perlu dilakukan berbagai studi
yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam implementasi
suatu kurikulum adalah adanya kemampuan pengajar dalam mengembangkan dan
menerapkan suatu model pembelajaran.
Pendidikan kimia sebagai bagian dari integral
dari sistem pendidikan nasional mulai diajarkan pada jenjang Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Terpadu (BSNP, 2006). Mengingat pentingnya peranan kimia baik dari aspek
penalaran maupun pada aspek penerapannya, maka pelajaran kimia sudah dikenalkan
pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Selain itu kimia juga merupakan
pengetahuan dasar yang sangat dibutuhkan untuk mempelajari berbagai cabang ilmu
pengetahuan lainnya.
Peranan guru sangat menunjang keberhasilan dalam misi pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Selain bertanggung jawab, mengatur, mengarahkan dan
menciptakan suasana kondusif untuk mendorong
siswa dalam melaksanakan
kegiatan diatas,
guru
juga berperan dalam
meningkatkan
kualitas pendidikan. Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator
pencapaian tujuan
pendidikan yang
mana, hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa dan kreativitas guru dalam menyajikan
suatu materi pelajaran.
Melalui berbagai model
pembelajaran dan media yang sesuai akan menjadikan suatu variasi dalam proses
kegiatan
belajar mengajar, sehingga
tercapai
tujuan
pengajaran secara maksimal.
Berdasarkan data hasil wawancara pada tanggal
1 Agustus 2016 dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII MTs Khulafaur
Rasyidin, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa masalah yang ada di kelas
VIII MTs Khulafaur Rasyidin. Permalahan itu di antaranya, sebagian besar siswa
mendapatkan nilai yang tidak memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Adapun Standat Kriteria Ketuntasan
Minimal di MTs Khulafaur Rasyidin pada tahun ajaran 2015/2016 adalah 75.
Selain itu, guru kurang terampil dalam menerapkan model pembalajaran inovatif
sehingga siswa kurang termotivasi karena pembelajaran tidak menarik.
Dalam upaya untuk mendapatkan data tentang
proses belajar mengajar kimia di MTs Khulafaur Rasyidin yang dilakukan oleh
guru, maka peneliti juga melakukan observasi pada 3 Agustus 2016. Adapun hasil
observasi tersebut terdapat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1 : Hasil Observasi Proses Belajar
Mengajar IPA di kelas VIIIC dan VIIID
pada materi Gaya dan Gerak Tahun
Ajaran 2016/2017
Observasi
kelas VIIIC pada tanggal 3 Agustus
2016
|
Observasi
kelas VIIID pada tanggal 3 Agustus
2016
|
1. Guru mengucapkan salam.
|
1. Guru mengucapkan salam.
|
2. Guru mengabsen siswa.
|
2. Guru mengabsen siswa.
|
3. Guru tidak memberikan apersepsi.
|
3. Guru tidak memberikan apersepsi.
|
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
|
5. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah.
|
5. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah.
|
6. Guru mencatat soal di papan tulis.
|
6. Guru mencatat soal di papan tulis.
|
7. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
siswa disetiap kelompoknya yaitu 3 orang.
|
7. Guru meminta siswa berdiskusi dengan teman sebangku.
|
8. Guru menugaskan siswa menerjakan soal dengan berdiskusi
dengan teman kelompoknya.
|
8. Guru meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis.
|
9. Banyak siswa yang mengandalkan temannya untuk mengerjakan
soal.
|
9. Banyak siswa yang mengandalkan temannya untuk mengerjakan
soal.
|
10. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, tetapi
hanya 5 siswa yang bertanya.
|
10. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, tetapi tidak
siswa yang bertanya.
|
11. Guru tidak memberikan batasan waktu untuk berdiskusi.
|
11. Guru tidak memberikan batasan waktu untuk berdiskusi.
|
12. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
|
12. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
|
13. Beberapa siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing.
|
13. Sebagian siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing.
|
14. Waktu habis sebelum semua soal selesai dibahas.
|
14. Waktu habis sebelum semua soal selesai dibahas.
|
15. Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
|
15. Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
|
Tabel hasil pengamatan diatas, menunjukkan
bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan metode diskusi
dengan teman 1 kelompok lebih baik dibanding dengan metode diskusi dengan teman
1 sebangku, yang ditunjukkan dengan lebih aktifnya siswa selama pembelajaran
menggunakan metode diskusi 1 kelompok yang dibuktikan dengan aktifnya siswa
bertanya untuk menemukan jawaban soal diskusi. Namun, kedua metode tersebut
pelaksanaannya masih kurang efektif. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru
masih cenderung monoton dalam menyampaikan materi dengan hanya memberikan soal
pada lembar kerja siswa yang ditulis di papan tulis dan secara otomatis telah
mengambil waktu sekitar 15 menit untuk mencatat, di sisi lain siswa dibiarkan
dengan kesibukannya masing-masing, berikutnya siswa diminta untuk mengerjakan
soal secara berkelompok tanpa adanya batasan waktu untuk berdiskusi, umumnya
sampai waktu jam pelajaran usai, baru kemudian dilanjutkan di jam pelajaran
pertemuan berikutnya. Pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang bertanggung
jawab dan cenderung mengandalkan orang lain karena beberapa siswa maju dengan
menggunakan catatan teman sebangku atau kelompoknya. Proses belajar mengajar
cenderung membosankan. hal ini dikarenakan guru tidak
membimbing siswa dalam menemukan jawaban dari soal yang diberikan sehingga
aktivitas siswa masih tergolong rendah.
Rendahnya
aktivitas siswa ini akan berakibat pada hasil belajar siswa yang tidak
maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2013)
mengungkapkan bahwa Aktivitas belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar. Hal ini berarti semakin tinggi aktivitas belajar dan motivasi belajar
maka akan meningkatkan hasil belajar.
Salah satu pokok bahasan yang sulit dipahami
siswa SMP 1 Rasau Jaya adalah Zat aditif dan zat adiktif karena terdapat
konsep-konsep yang sulit dipahami. Hal ini terbukti dari hasil ulangan pada
pokok bahasan zat aditif dan zat adiktif pada tahun ajaran 2015-2016 kelas VIII
pada 2 kelas yaitu kelas VIIIC dan VIIID. Adapun hasil ulangan harian tersebut
terdapat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Persentase
Ketuntasan Hasil belajar siswa MTs Khulafaur Rasyidin Materi
Zat aditif dan Zat
Adiktif (KKM 75) pada Tahun Ajaran 2015/2016
Siswa
|
Jumlah
Siswa
|
Tuntas
|
Tidak
Tuntas
|
Persentase
(%)
|
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||||
VIIIC
|
24
|
9
|
15
|
37,5
|
62,5
|
VIIID
|
24
|
8
|
16
|
33,33
|
66,67
|
|
Rata-rata
|
|
|
35,41
|
64,59
|
Sumber:
Dokumen MTs Khulafaur Rasyidin
Kriteria ketuntasan Minimum (KKM) di MTs Khulafaur
Rasyidin adalah 75. Dari Tabel 2
di atas menunjukkan bahwa pada ulangan pokok
bahasan zat aditif dan zat adiktif hanya sebanyak 17 orang siswa (35,41%) dari
48 yang tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada pokok bahasan zat
aditif dan zat adiktif masih rendah.
Dari hasil wawancara pada tanggal 3 Agustus
2016, dengan 5 orang siswa, diperoleh informasi bahwa guru monoton dalam
menyampaikan materi, dimana guru hanya menuliskan soal di papan tulis kemudian
siswa diperintahkan untuk mengerjakan dengan berdiskusi dengan teman sebangku
kemudian maju mengisi soal dengan membawa buku tanpa diberikan penjelasan kembali
dari jawaban yang telah dituliskan siswa di depan kelas. Hal ini membuat siswa
tidak tertarik untuk belajar kimia, dan membuat siswa kurang mengerti terhadap
materi yang disampaikan. Selain
itu, berdasarkan wawancara siswa terhadap
pembelajaran pada materi zat aditif dan zat adiktif siswa mengaku kesulitan
memahami materi tersebut karena terdapat konsep, istilah-istilah, serta
nama-nama asing yang sulit dipahami yang menuntut siswa untuk memahami
kesemuanya, sehingga siswa membutuhkan metode ataupun media khusus agar
memudahkan mereka dalam memahami materi tersebut.
Sejalan
dengan persoalan di atas dalam proses pembelajaran IPA diperlukan model pembelajaran baru yang inovatif yang dapat memotivasi siswa kearah belajar yang lebih
baik. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran koperatif Number Head Together
(NHT). Model pembelajaran koperatif NHT merupakan model belajar yang menutut keaktifan siswa dalam kelompok dan
memungkinkan siswa saling membantu dalam memahami konsep, memeriksa dan
memperbaiki jawaban teman sebagai masukan yang bertujuan untuk medapatkan
pembelajaran yang lebih optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar IPA, pembelajaran koperatif tipe
NHT merupakan salah satu model
pembelajaran koperatif yang efektif diterapkan untuk meningkatkan hasil
belajar. Selain itu, model pembelajaran NHT sangat menguntungkan siswa sebab
siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen artinya dalam satu kelompok terdapat
siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang maupun tinggi sehingga siswa yang kurang
pintar nantinya dapat menjadi aktif
karena dibantu oleh anggota keompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie
(2010) yang menyatakan bahwa “ Dengan bentuk pembelajaran kelompok maka proses
pembelajaran lebih menarik sebab seluruh siswa terlihat aktif dalam mengerjakan
tugas-tugasnya masing-masing sesuai dengan kecakapanya”.
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT). Pembelajaran kooperatif tipe ini menitik beratkan pada keaktifan siswa
dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Pembelajaran
tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat sehingga semua anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap jawaban yang disepakati. Selain itu, pembelajaran
tipe NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa
(Anita, 2004).
Adapun beberapa
manfaat pada
model pembelajaran kooperatif
tipe NHT terhadap siswa yang
hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh
Lundgren (Ibrahim, 2000), antara lain adalah; rasa harga
diri menjadi lebih tinggi,
memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi
lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih
tinggi.
Ada beberapa kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagaimana
dijelaskan oleh Hill (Tryana, 2008) bahwa model
NHT
memiliki kelebihan diantaranya
dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa, mampu
memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,
mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa
ingin tahu siswa, meningkatkan rasa
percaya diri
siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan
adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
hasil belajar siswa, di antaranya;
penelitian Siti Syamsiah (2010) dengan judul “pembelajaran kooperatif
tipe NHT dengan bantuan media Power Point pada siswa kelas VIII SMP N 1 Rasau
Jaya dalam pokok bahasa partikel-partikel materi” dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sebesar 40,32 %, penelitian Silawaty (2010) berupa penerapan
pembelajaran kooperatif teknik NHT berbantuan media visual meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1
Kubu Raya sebesar 62,86% dan penelitian Sri Wulandari (2014) dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe
NHT (Numbered Head Together) dengan media video
demonstrasi
untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar kimia kelas X SMA Negeri 8 Kota Bengkulu” memberikan peningkatan yang
signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
Melihat fakta-fakta yang ada di lapangan,
hasil observasi, hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA dan siswa kelas
VIII MTs Khulafaur Rasyidin serta beberapa rujukan hasil penelitian diatas maka
peneliti tertarik untuk menyelenggarakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Number Head Togerher) terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII
MTs Khulafaur Rasyidin Pada Materi zat aditif dan zat adiktif”. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap permasalahan
rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pokok materi zat aditif dan
zat adiktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar