Tutorial Photoshop

Minggu, 13 November 2016

PenelitianKu Bismillah ( NHT terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar )



A.           Judul Penelitian
       Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin pada Materi Zat Aditif dan Zat Adiktif.
B.            Latar Belakang
       Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disekolah-sekolah diharapkan dapat menjadi
suatu wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan metode ilmiah. Oleh karena itu, dalam implementasinya perlu dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam implementasi suatu kurikulum adalah adanya kemampuan pengajar dalam mengembangkan dan menerapkan suatu model pembelajaran.
       Pendidikan kimia sebagai bagian dari integral dari sistem pendidikan nasional mulai diajarkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Terpadu (BSNP, 2006). Mengingat pentingnya peranan kimia baik dari aspek penalaran maupun pada aspek penerapannya, maka pelajaran kimia sudah dikenalkan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Selain itu kimia juga merupakan pengetahuan dasar yang sangat dibutuhkan untuk mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya.
       Peranan  guru sangat menunjang keberhasilan dalam misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Selain bertanggung jawab, mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kondusif untuk mendorong siswa dalam melaksanakan kegiatan  diatas,  guru  juga  berperan  dalam  meningkatkan  kualitas  pendidikan. Hasil belajar yang meningkat merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana, hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa dan kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran. Melalui berbagai model pembelajaran dan media yang sesuai akan menjadikan suatu variasi dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga tercapai tujuan pengajaran secara maksimal.
       Berdasarkan data hasil wawancara pada tanggal 1 Agustus 2016 dengan guru mata pelajaran IPA kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa masalah yang ada di kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin. Permalahan itu di antaranya, sebagian besar siswa mendapatkan nilai yang tidak memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun Standat Kriteria Ketuntasan  Minimal di MTs Khulafaur Rasyidin pada tahun ajaran 2015/2016 adalah 75. Selain itu, guru kurang terampil dalam menerapkan model pembalajaran inovatif sehingga siswa kurang termotivasi karena pembelajaran tidak menarik.
       Dalam upaya untuk mendapatkan data tentang proses belajar mengajar kimia di MTs Khulafaur Rasyidin yang dilakukan oleh guru, maka peneliti juga melakukan observasi pada 3 Agustus 2016. Adapun hasil observasi tersebut terdapat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1 : Hasil Observasi Proses Belajar Mengajar IPA di kelas VIIIC dan VIIID  pada materi Gaya dan Gerak Tahun Ajaran 2016/2017
Observasi kelas VIIIC  pada tanggal 3 Agustus 2016
Observasi kelas VIIID  pada tanggal 3 Agustus 2016
1. Guru mengucapkan salam.
1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru mengabsen siswa.
2. Guru mengabsen siswa.
3. Guru tidak memberikan apersepsi.
3. Guru tidak memberikan apersepsi.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
5. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah.
5. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah.
6. Guru mencatat soal di papan tulis.
6. Guru mencatat soal di papan tulis.
7. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan jumlah siswa disetiap kelompoknya yaitu 3 orang.
7. Guru meminta siswa berdiskusi dengan teman sebangku.
8. Guru menugaskan siswa menerjakan soal dengan berdiskusi dengan teman kelompoknya.
8. Guru meminta siswa mengerjakan soal di papan tulis.
9. Banyak siswa yang mengandalkan temannya untuk mengerjakan soal.
9. Banyak siswa yang mengandalkan temannya untuk mengerjakan soal.
10. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, tetapi hanya 5 siswa yang bertanya.
10. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, tetapi tidak siswa yang bertanya.
11. Guru tidak memberikan batasan waktu untuk berdiskusi.
11. Guru tidak memberikan batasan waktu untuk berdiskusi.
12. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
12. Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
13. Beberapa siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing.
13. Sebagian siswa sibuk dengan aktivitas masing-masing.
14. Waktu habis sebelum semua soal selesai dibahas.
14. Waktu habis sebelum semua soal selesai dibahas.
15. Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.
15. Guru tidak memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran.

       Tabel hasil pengamatan diatas, menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menggunakan metode diskusi dengan teman 1 kelompok lebih baik dibanding dengan metode diskusi dengan teman 1 sebangku, yang ditunjukkan dengan lebih aktifnya siswa selama pembelajaran menggunakan metode diskusi 1 kelompok yang dibuktikan dengan aktifnya siswa bertanya untuk menemukan jawaban soal diskusi. Namun, kedua metode tersebut pelaksanaannya masih kurang efektif. Hal ini menyebabkan sebagian siswa tidak termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru masih cenderung monoton dalam menyampaikan materi dengan hanya memberikan soal pada lembar kerja siswa yang ditulis di papan tulis dan secara otomatis telah mengambil waktu sekitar 15 menit untuk mencatat, di sisi lain siswa dibiarkan dengan kesibukannya masing-masing, berikutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal secara berkelompok tanpa adanya batasan waktu untuk berdiskusi, umumnya sampai waktu jam pelajaran usai, baru kemudian dilanjutkan di jam pelajaran pertemuan berikutnya. Pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang bertanggung jawab dan cenderung mengandalkan orang lain karena beberapa siswa maju dengan menggunakan catatan teman sebangku atau kelompoknya. Proses belajar mengajar cenderung membosankan. hal ini dikarenakan guru tidak membimbing siswa dalam menemukan jawaban dari soal yang diberikan sehingga aktivitas siswa masih tergolong rendah.
       Rendahnya aktivitas siswa ini akan berakibat pada hasil belajar siswa yang tidak maksimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Susanti (2013) mengungkapkan bahwa Aktivitas belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar. Hal ini berarti semakin tinggi aktivitas belajar dan motivasi belajar maka akan meningkatkan hasil belajar.
       Salah satu pokok bahasan yang sulit dipahami siswa SMP 1 Rasau Jaya adalah Zat aditif dan zat adiktif karena terdapat konsep-konsep yang sulit dipahami. Hal ini terbukti dari hasil ulangan pada pokok bahasan zat aditif dan zat adiktif pada tahun ajaran 2015-2016 kelas VIII pada 2 kelas yaitu kelas VIIIC dan VIIID. Adapun hasil ulangan harian tersebut terdapat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Persentase Ketuntasan Hasil belajar siswa MTs Khulafaur Rasyidin Materi

Zat aditif dan Zat Adiktif (KKM 75) pada Tahun Ajaran 2015/2016

Siswa
Jumlah
Siswa
Tuntas
Tidak
Tuntas
Persentase (%)
Tuntas
Tidak Tuntas
VIIIC
24
9
15
37,5
62,5
VIIID
24
8
16
33,33
66,67

Rata-rata


35,41
64,59

Sumber: Dokumen MTs Khulafaur Rasyidin



       Kriteria ketuntasan Minimum (KKM) di MTs Khulafaur Rasyidin adalah 75. Dari Tabel 2
di atas menunjukkan bahwa pada ulangan pokok bahasan zat aditif dan zat adiktif hanya sebanyak 17 orang siswa (35,41%) dari 48 yang tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa pada pokok bahasan zat aditif dan zat adiktif masih rendah.
      Dari hasil wawancara pada tanggal 3 Agustus 2016, dengan 5 orang siswa, diperoleh informasi bahwa guru monoton dalam menyampaikan materi, dimana guru hanya menuliskan soal di papan tulis kemudian siswa diperintahkan untuk mengerjakan dengan berdiskusi dengan teman sebangku kemudian maju mengisi soal dengan membawa buku tanpa diberikan penjelasan kembali dari jawaban yang telah dituliskan siswa di depan kelas. Hal ini membuat siswa tidak tertarik untuk belajar kimia, dan membuat siswa kurang mengerti terhadap materi yang disampaikan. Selain

itu, berdasarkan wawancara siswa terhadap pembelajaran pada materi zat aditif dan zat adiktif siswa mengaku kesulitan memahami materi tersebut karena terdapat konsep, istilah-istilah, serta nama-nama asing yang sulit dipahami yang menuntut siswa untuk memahami kesemuanya, sehingga siswa membutuhkan metode ataupun media khusus agar memudahkan mereka dalam memahami materi tersebut.
       Sejalan dengan persoalan di atas dalam proses pembelajaran IPA diperlukan model pembelajaran baru yang inovatif yang dapat memotivasi siswa kearah belajar yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan pembelajaran koperatif Number Head Together (NHT). Model pembelajaran koperatif NHT merupakan model belajar yang menutut keaktifan siswa dalam kelompok dan memungkinkan siswa saling membantu dalam memahami konsep, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman sebagai masukan yang bertujuan untuk medapatkan pembelajaran yang lebih optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar IPA, pembelajaran koperatif tipe NHT merupakan salah satu model  pembelajaran koperatif yang efektif diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar. Selain itu, model pembelajaran NHT sangat menguntungkan siswa sebab siswa dibagi dalam kelompok yang heterogen artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang maupun tinggi sehingga siswa yang kurang pintar nantinya dapat menjadi aktif karena dibantu oleh anggota keompoknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (2010) yang menyatakan bahwa “ Dengan bentuk pembelajaran kelompok maka proses pembelajaran lebih menarik sebab seluruh siswa terlihat aktif dalam mengerjakan tugas-tugasnya masing-masing sesuai dengan kecakapanya”.
       Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif tipe ini menitik beratkan pada keaktifan siswa dan memerlukan interaksi sosial yang baik antara semua kelompok. Pembelajaran tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat sehingga semua anggota kelompok bertanggung jawab terhadap jawaban yang disepakati. Selain itu, pembelajaran tipe NHT juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa (Anita, 2004).
       Adapun beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren (Ibrahim, 2000), antara lain adalah; rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi.
       Ada beberapa kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) sebagaimana dijelaskan oleh Hill (Tryana, 2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan  sikap  positif  siswa, mengembangkan  sikap  kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.
       Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar siswa, di antaranya;  penelitian Siti Syamsiah (2010) dengan judul “pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan bantuan media Power Point pada siswa kelas VIII SMP N 1 Rasau Jaya dalam pokok bahasa partikel-partikel materi” dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 40,32 %, penelitian Silawaty (2010) berupa penerapan pembelajaran kooperatif teknik NHT berbantuan media visual meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia siswa kelas X SMA Kemala Bhayangkari 1 Kubu Raya sebesar 62,86% dan penelitian Sri Wulandari (2014) dengan judul “penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan media video demonstrasi untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia kelas X SMA Negeri 8 Kota Bengkulu” memberikan peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
       Melihat fakta-fakta yang ada di lapangan, hasil observasi, hasil wawancara dengan guru bidang studi IPA dan siswa kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin serta beberapa rujukan hasil penelitian diatas maka peneliti tertarik untuk menyelenggarakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Head Togerher) terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Khulafaur Rasyidin Pada Materi zat aditif dan zat adiktif”. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif solusi terhadap permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pokok materi zat aditif dan zat adiktif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar